Jakarta, CNBC Indonesia – Ekuitas global dan harga minyak terpantau stabil setelah serangan rudal dan drone Iran terhadap Israel. Pada hari Senin, stok global berada di zona hijau dan harga minyak telah turun dari kenaikan minggu lalu.

Ini terjadi setelah serangan drone dan rudal Iran terhadap Israel sebagian besar dapat dinetralkan di udara. Namun ketenangan ini mungkin tidak akan bertahan lama, karena para pemimpin dunia dan pasar fokus pada respons Israel. Para analis juga memperingatkan bahwa ketenangan ini mungkin tidak akan bertahan lama.

Bentrokan militer tidak selalu menenggelamkan pasar, seperti yang terjadi ketika Hamas menyerang Israel pada bulan Oktober dan kemudian Israel membalas. Tetapi, banyak pihak di Wall Street khawatir akan dampak ekonomi dari permusuhan di Timur Tengah dan Ukraina.

“Kita mungkin memasuki salah satu era geopolitik paling berbahaya sejak Perang Dunia II,” ujar CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon pekan lalu, dikutip dari The New York Times, Selasa (16/4/2024).

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pun menghadapi tekanan internasional yang kuat untuk tidak melakukan pembalasan. Amerika Serikat (AS), negara-negara G7 dan negara-negara Arab juga mendesak Israel untuk menahan serangan.

“Ambillah kemenangan ini,” kata Presiden AS Joe Biden, yang membantu menghalau serangan rudal Iran.

Iran telah memberi isyarat bahwa serangan itu sudah selesai, namun kabinet perang Israel belum mengindikasikan langkah selanjutnya. Sementara itu, kelompok sayap kanan pemerintah menyerukan tanggapan yang cepat dan agresif.

“Pembalasan Israel yang berarti dalam 48 jam ke depan memang masih akan terjadi,” kata Helima Croft, kepala strategi komoditas global di RBC Capital Markets dan mantan analis C.I.A.

Eskalasi dapat mengguncang pasar minyak. Minyak mentah Brent, yang menjadi patokan global yang telah meningkat sekitar 18% tahun ini, meningkat dalam beberapa pekan terakhir seiring meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.

Beberapa pihak di Wall Street melihat harga minyak mencapai US$100 per barel, yang dapat berdampak pada meningkatnya kembali inflasi, mengacaukan jadwal bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) untuk memangkas suku bunga, dan merugikan Biden dalam pemilu.

Namun pada hari Senin, saham-saham Eropa dan kontrak berjangka AS sedikit naik. Dengan saham-saham perusahaan pertahanan, termasuk Saab dan Leonardo, melonjak setelah pasar dibuka, dan Lockheed Martin menguat dalam perdagangan pra-pasar.

Serangan itu menyoroti drone Iran, Drone Shahed yang relatif murah. Biaya pembuatannya hanya ribuan, dan telah membantu mengubah Iran menjadi pedagang senjata utama global.

Sebagian besar Shahed ditembak jatuh oleh pertahanan Israel dan sekutunya yang lebih canggih. Namun perlindungan tersebut mahal, dan ada sebuah perkiraan yang menyebutkan biaya untuk mempertahankan serangan terbaru ini adalah sekitar US$1 miliar.

Serangan Iran mungkin merupakan upaya yang sulit untuk dilakukan di masa depan. Beberapa pakar pertahanan melihat serangan hari Sabtu itu menjadi semacam uji coba langsung untuk menentukan apakah senjata Iran dapat menembus pertahanan negara-negara Barat yang lebih unggul.

Adapun drone otonom, yang didukung oleh kecerdasan buatan, telah mengubah strategi militer dalam perang Ukraina, di mana drone Shahed memainkan peran besar.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Video: IHSG Tembus All Time High Baru Saat Inflasi AS Melesat Lagi


(ayh/ayh)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *