Jakarta, CNBC Indonesia – Industri panas bumi memiliki sejumlah peluang sebagai alternatif energi baru terbarukan yang ramah lingkungan. Indonesia juga memiliki cadangan panas bumi yang besar, bahkan nomor dua terbesar di dunia.

Meski demikian, dalam pemanfaatan panas bumi masih ada tantangan yang membayangi. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Keuangan Pertamina Geothermal Energy Yurizki Rio kepada CNBC Indonesia dalam program Squawk Box.

Yurizki mengatakan panas bumi merupakan bisnis yang membutuhkan proses dengan waktu yang panjang. Proses ini meliputi kegiatan eksplorasi hingga eksploitasi yang akan menghasilkan energi listrik dari panas bumi secara komersial.

“Kalau kita lihat panas bumi merupakan bisnis yang panjang, bisa memakan 7 sampai 8 tahun dari pengembangan sampai komersialisasi,” ujar Yurizki, Selasa (23/4/2024).

Dengan demikian, PGE pun aktif untuk menyuarakan aspirasi terkait tantangan bisnis panas bumi kepada Pemerintah maupun pasar. Idealnya, transisi bisa berjalan dengan cepat. Namun, kembali lagi pengembangan panas bumi membutuhkan waktu yang lama dan nilai investasi yang besar.

“Tapi biggest action, kita harus gandeng stakeholder seperti Pemerintah, off taker, dan lainnya agar kita bisa menghasilkan energi yang win-win solution bagi semua pihak,” tambahnya.

Di sisi lain, dia mengatakan, PGE berupaya untuk mengelola risiko keuangan di tengah tantangan mengembangkan bisnis panas bumi. Misalnya, melakukan diversifikasi produk dan layanan untuk mengurangi risiko volatilitas harga.

Saat ini,PGE aktif menjual energi panas bumi untuk diubah menjadi listrik untuk digunakan oleh konsumen rumah tangga. Di samping itu,PGE juga berupaya menjual energi listrik dari panas bumi untuk konsumen lain seperti kawasan industri dan pariwisata.

.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Wujud Nyata PGEO dalam Mendorong Transisi Energi


(rah/rah)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *